OBSERVASI
LINGKUNGAN
PEMUKIMAN
DI PINGGIRAN REL KERETA API
A. OBSERVASI LINGKUNGAN I
Tempat : Jalan Setia Budi, Malang
Hari/Tanggal : Sabtu/23 Maret 2013
Waktu : 09:47 WIB
1. SKEMA/SKETSA TEMPAT
Keterangan :
A : Jembatan jalan raya
B : Rel Kereta Api
C : Palang Kereta Api
D : Gang kecil
E : Pemukiman yang membelakangi Rel Kereta Api
F : Pemukiman yang berhadapan langsung
dengan Rel Kereta Api
2. NARASI
TEMPAT
Pemukiman rel kerata api ini berada di Jalan
Setia Budi, Malang. Di bawah jembatan jalan raya Stasiun Kota Baru
Malang-Rampal. Rel kereta api ini dekat dengan Stasiun Baru Kota Malang yang
berjarak sekitar 50m.
Rel kereta api
ini diapit oleh dua pemukiman penduduk yang berhadapan langsung dan juga
membelakanginya. Pemukiman penduduk yang berhadapan langsung berjarak sekitar
3-4m saja, sedangkan yang membelakangi rel kereta berjarak sekitar 4-5m. Pemukiman
yang berhadapan langsung dengan rel kereta adalah rumah yang sangat sederhana
dengan luas sekitar 4x6 yang saling berdempetan dan hanya ada 8-10 rumah saja.
Berbeda dengan pemukiman yang membelakangi rel kereta, ini adalah pemukiman
yang padat penduduk dan termasuk perumahan.
Di sekitar rel
kereta pada pukul 09:47 (saat melakukan observasi), tidak banyak kegiatan yang
dilakukan disana. Hanya ada beberapa penduduk yang berlalu-lalang melewati rel
tersebut, memang rel kereta tersebut jalur jalan untuk menuju jalan raya. Ada
juga penduduk yang berjualan di depan rumah mereka, seperti berjualan bakso dan
jajanan. Saat observasi kami juga melihat orang yang hanya terdiam memandang
rel kereta tersebut, tetapi ketika kami datang orang tersebut langsung berjalan
kembali.
3. PROBLEM
LINGKUNGAN
Untuk mengetahui problem lingkungan yang
terjadi pada “Pemukiman di Pinggiran Rel Kereta Api” ini, kami melakukan observasi
dan wawancara dengan beberapa penduduk di daerah Jalan Setia Budi, Malang.
Hasil wawancara kami dengan beberapa
penduduk kami mendapatkan informasi bahwa kebanyakan dari mereka tinggal di
pinggiran rel kereta api sejak lahir. Mereka merasa sudah terbiasa dengan suara
kedatangan rel kereta api, tetapi yang sampai saat ini masih membuat mereka
kaget adalah suara bel kereta api yang tidak terduga. Apalagi disaat mereka
sedang tertidur, mereka akan tiba-tiba terbangun ketika mendengar suara bel
kereta api.
Hingga saat ini tidak ada yang merasa
terganggu dengan rel kereta api. Masalah seperti penggusuran ataupun kecelakaan
sampai saat ini belum pernah terjadi. Pada saat sore hari anak-anak biasanya
bermain di pinggiran rel kereta api tersebut, orangtua mereka tidak melarangnya
hanya saja berpesan untuk selalu berhari-hati. Palang kereta apipun juga akan
menutup jika akan datang kereta api. Oleh karena itu tidak ada kekhawatiran
yang dirasakan oleh para penduduk di pinggiran rel kereta api jalan setia budi
ini.
Dan dari hasil observasi yang kami
lakukan, mendapatkan bahwa suara kedatangan dan bel kereta api ini sedikit
banyak mempengaruhi pendengaran mereka. Seperti ketika kami ajak untuk
berbincang-bincang mereka cenderung untuk meminta kami mengualang pertanyaan/pernyataan
yang kami lontarkan. Di pinggiran rel kereta api ini juga menjadi tempat
bersosialisasi antara penduduk yang bermukim di perumahan dengan penduduk di
pemukiman biasa, tidak ada hal yang membuat mereka berbeda.
B.
OBSERVASI
LINGKUNGAN II
Tempat : Jalan Untung Suropati Selatan,
Malang
Hari/Tanggal : Sabtu/23 Maret 2013
Waktu :
11:37 WIB
1. SKEMA/SKETSA
TEMPAT
Keterangan
:
A : Rel Kereta Api
B : Jalan raya, Jalan Untung Suropati
C : Pemukiman Warga
D : Pohon-pohon
2. NARASI
TEMPAT
Pada observasi
yang kedua ini bertempat di Jalan Untung Suropati Selatan, Gang 2 Kecamatan
Klojen. Rel kereta api ini berjarak kira-kira 1km dari Stasiun Baru Kota
Malang. Rel ini berada di atas atau biasa disebut dengan rel kereta gantung.
Jarak antara
rel dan pemukiman warga adalah 4-6m. rel kereta api ini juga diapit oleh 2
pemukiman warga, yaitu yang berada di Jalan Untung Suropati Selatan dan Jalan
Untung Suropati Utara. Pemukiman warga berada dibawah sebelah pohon-pohon rel
kereta api. Tidak ada aktivitas apapun di daerah rel kereta api tersebut. Hanya
saja kadang-kadang rel kereta api ini digunakan untuk tempat pemotretan oleh
beberapa mahasiswa sekitar.
Pemukiman
warga yang berada di Jalan Untung Suropati Selatan saling berdempetan dan padat
penduduk. Sedangkan yang berada di Jalan Untung Suropati Utara pemukimannya
tidak begitu padat, masih ada jarak antara rumah satu dengan yang lainnya, dan
ini berbatasan langsung dengan jalan raya.
3. PROBLEM
LINGKUNGAN
Untuk mengetahui problem lingkungan yang
terjadi pada “Pemukiman di Pinggiran Rel Kereta Api” ini, kami juga melakukan
observasi dan wawancara dengan beberapa penduduk di daerah Jalan Untung
Suropati Selatan, Malang.
Hasil wawancara kami dengan beberapa
penduduk, kami mendapatkan informasi bahwa kebanyakan mereka memilih untuk
tinggal di daerah pinggiran rel kereta api karena harga tanah di daerah
pinggiran rel kereta api terjangkau dengan ekonomi mereka atau bisa juga
dibilang murah. Mereka juga mencari kenyamanan untuk hidup, menurut mereka
tempat ini jauh dari kebisingan kendaraan tidak seperti di pinggiran jalan
raya. Tidak dipungkiri juga bahwa di tempat mereka tinggal ini juga tidak luput
dari suara kebisingan kereta api yang lewat ataupun bel kereta api tersebut,
tetapi menurut mereka ini tidak terlalu mengganggu seperti di jalan raya,
karena kereta api tidak selalu lewat setiap saat. Dapat dihitung berapa kali
kereta api lewat setiap harinya.
Kami juga mewawancarai beberapa anak
sekolah dasar yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Menurut mereka, mereka
agak sedikit terganggu dengan suara datangnya rel kereta api apalagi disaat
mereka sedang belajar. Mereka tidak pernah bermain di pinggiran kereta api.
Menurut observasi yang kami lakukan mereka tidak bermain di pinggiran rel
kereta api karena jalan untuk menuju pinggiran rel kereta api agak sulit
terjangkau, harus melewati setikar 4m tanjakan yang licin. Di pinggiran rel
juga langsung berbatasan dengan jurang yang menjadi batasan antara rel dengan
pemukiman penduduk.
C.
KESIMPULAN
Problem
lingkungan yang terjadi pada masyarakat di pemukiman pinggiran rel dari hasil
wawancara dan observasi yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. masyarakat
pinggiran rel kereta api sedikit banyak mempunyai masalah dalam pendengaran.
Pendengaran mereka kurang jelas karena disebabkan oleh seringnya mereka
mendengarkan bunyi/suara yang melampaui frekuensi pendengaran manusia ;
2. masyarakat
pinggiran rel kereta api merupakan masyarakat yang mempunyai ekonomi menengah
kebawah. Mereka ingin mempunyai rumah yang nyaman dengan harga terjangkau.
wuih tulisannya keren
BalasHapus