Quote

Pround to be my self. Never Say Never to be The BEST OF The BEST

Selasa, 26 Maret 2013

Observasi Rel Kereta-MALANG


OBSERVASI LINGKUNGAN
PEMUKIMAN DI PINGGIRAN REL KERETA API

A.   OBSERVASI LINGKUNGAN I
Tempat           : Jalan Setia Budi, Malang
Hari/Tanggal : Sabtu/23 Maret 2013
Waktu : 09:47 WIB

1.    SKEMA/SKETSA TEMPAT
Keterangan :
A      : Jembatan jalan raya
B      : Rel Kereta Api
C      : Palang Kereta Api
D      : Gang kecil
E      : Pemukiman yang membelakangi Rel Kereta Api
F       : Pemukiman yang berhadapan langsung dengan Rel Kereta Api

2.    NARASI TEMPAT
Pemukiman rel kerata api ini berada di Jalan Setia Budi, Malang. Di bawah jembatan jalan raya Stasiun Kota Baru Malang-Rampal. Rel kereta api ini dekat dengan Stasiun Baru Kota Malang yang berjarak sekitar 50m.
      Rel kereta api ini diapit oleh dua pemukiman penduduk yang berhadapan langsung dan juga membelakanginya. Pemukiman penduduk yang berhadapan langsung berjarak sekitar 3-4m saja, sedangkan yang membelakangi rel kereta berjarak sekitar 4-5m. Pemukiman yang berhadapan langsung dengan rel kereta adalah rumah yang sangat sederhana dengan luas sekitar 4x6 yang saling berdempetan dan hanya ada 8-10 rumah saja. Berbeda dengan pemukiman yang membelakangi rel kereta, ini adalah pemukiman yang padat penduduk dan termasuk perumahan.
      Di sekitar rel kereta pada pukul 09:47 (saat melakukan observasi), tidak banyak kegiatan yang dilakukan disana. Hanya ada beberapa penduduk yang berlalu-lalang melewati rel tersebut, memang rel kereta tersebut jalur jalan untuk menuju jalan raya. Ada juga penduduk yang berjualan di depan rumah mereka, seperti berjualan bakso dan jajanan. Saat observasi kami juga melihat orang yang hanya terdiam memandang rel kereta tersebut, tetapi ketika kami datang orang tersebut langsung berjalan kembali.

3.    PROBLEM LINGKUNGAN
Untuk mengetahui problem lingkungan yang terjadi pada “Pemukiman di Pinggiran Rel Kereta Api” ini, kami melakukan observasi dan wawancara dengan beberapa penduduk di daerah Jalan Setia Budi, Malang.
Hasil wawancara kami dengan beberapa penduduk kami mendapatkan informasi bahwa kebanyakan dari mereka tinggal di pinggiran rel kereta api sejak lahir. Mereka merasa sudah terbiasa dengan suara kedatangan rel kereta api, tetapi yang sampai saat ini masih membuat mereka kaget adalah suara bel kereta api yang tidak terduga. Apalagi disaat mereka sedang tertidur, mereka akan tiba-tiba terbangun ketika mendengar suara bel kereta api.
Hingga saat ini tidak ada yang merasa terganggu dengan rel kereta api. Masalah seperti penggusuran ataupun kecelakaan sampai saat ini belum pernah terjadi. Pada saat sore hari anak-anak biasanya bermain di pinggiran rel kereta api tersebut, orangtua mereka tidak melarangnya hanya saja berpesan untuk selalu berhari-hati. Palang kereta apipun juga akan menutup jika akan datang kereta api. Oleh karena itu tidak ada kekhawatiran yang dirasakan oleh para penduduk di pinggiran rel kereta api jalan setia budi ini.
Dan dari hasil observasi yang kami lakukan, mendapatkan bahwa suara kedatangan dan bel kereta api ini sedikit banyak mempengaruhi pendengaran mereka. Seperti ketika kami ajak untuk berbincang-bincang mereka cenderung untuk meminta kami mengualang pertanyaan/pernyataan yang kami lontarkan. Di pinggiran rel kereta api ini juga menjadi tempat bersosialisasi antara penduduk yang bermukim di perumahan dengan penduduk di pemukiman biasa, tidak ada hal yang membuat mereka berbeda.
B.   OBSERVASI LINGKUNGAN II
Tempat           : Jalan Untung Suropati Selatan, Malang
Hari/Tanggal : Sabtu/23 Maret 2013
Waktu : 11:37 WIB

1.    SKEMA/SKETSA TEMPAT













Keterangan :
A      : Rel Kereta Api
B      : Jalan raya, Jalan Untung Suropati
C      : Pemukiman Warga
D      : Pohon-pohon

2.    NARASI TEMPAT
      Pada observasi yang kedua ini bertempat di Jalan Untung Suropati Selatan, Gang 2 Kecamatan Klojen. Rel kereta api ini berjarak kira-kira 1km dari Stasiun Baru Kota Malang. Rel ini berada di atas atau biasa disebut dengan rel kereta gantung.
      Jarak antara rel dan pemukiman warga adalah 4-6m. rel kereta api ini juga diapit oleh 2 pemukiman warga, yaitu yang berada di Jalan Untung Suropati Selatan dan Jalan Untung Suropati Utara. Pemukiman warga berada dibawah sebelah pohon-pohon rel kereta api. Tidak ada aktivitas apapun di daerah rel kereta api tersebut. Hanya saja kadang-kadang rel kereta api ini digunakan untuk tempat pemotretan oleh beberapa mahasiswa sekitar.
      Pemukiman warga yang berada di Jalan Untung Suropati Selatan saling berdempetan dan padat penduduk. Sedangkan yang berada di Jalan Untung Suropati Utara pemukimannya tidak begitu padat, masih ada jarak antara rumah satu dengan yang lainnya, dan ini berbatasan langsung dengan jalan raya.

3.    PROBLEM LINGKUNGAN
Untuk mengetahui problem lingkungan yang terjadi pada “Pemukiman di Pinggiran Rel Kereta Api” ini, kami juga melakukan observasi dan wawancara dengan beberapa penduduk di daerah Jalan Untung Suropati Selatan, Malang.
Hasil wawancara kami dengan beberapa penduduk, kami mendapatkan informasi bahwa kebanyakan mereka memilih untuk tinggal di daerah pinggiran rel kereta api karena harga tanah di daerah pinggiran rel kereta api terjangkau dengan ekonomi mereka atau bisa juga dibilang murah. Mereka juga mencari kenyamanan untuk hidup, menurut mereka tempat ini jauh dari kebisingan kendaraan tidak seperti di pinggiran jalan raya. Tidak dipungkiri juga bahwa di tempat mereka tinggal ini juga tidak luput dari suara kebisingan kereta api yang lewat ataupun bel kereta api tersebut, tetapi menurut mereka ini tidak terlalu mengganggu seperti di jalan raya, karena kereta api tidak selalu lewat setiap saat. Dapat dihitung berapa kali kereta api lewat setiap harinya.
Kami juga mewawancarai beberapa anak sekolah dasar yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Menurut mereka, mereka agak sedikit terganggu dengan suara datangnya rel kereta api apalagi disaat mereka sedang belajar. Mereka tidak pernah bermain di pinggiran kereta api. Menurut observasi yang kami lakukan mereka tidak bermain di pinggiran rel kereta api karena jalan untuk menuju pinggiran rel kereta api agak sulit terjangkau, harus melewati setikar 4m tanjakan yang licin. Di pinggiran rel juga langsung berbatasan dengan jurang yang menjadi batasan antara rel dengan pemukiman penduduk.

C.   KESIMPULAN
Problem lingkungan yang terjadi pada masyarakat di pemukiman pinggiran rel dari hasil wawancara dan observasi yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.    masyarakat pinggiran rel kereta api sedikit banyak mempunyai masalah dalam pendengaran. Pendengaran mereka kurang jelas karena disebabkan oleh seringnya mereka mendengarkan bunyi/suara yang melampaui frekuensi pendengaran manusia ;
2.    masyarakat pinggiran rel kereta api merupakan masyarakat yang mempunyai ekonomi menengah kebawah. Mereka ingin mempunyai rumah yang nyaman dengan harga terjangkau.

1 komentar: